Sabtu, 25 Desember 2010

Laporan Praktikum Ilmu Ukur Tanah


LAPORAN PRATIKUM
LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH II



DISUSUN OLEH :
NAMA
:   ASHARIWELDI
NO. BP
:   090  102  1016
KELAS
:   I B REGULER
JURUSAN
:   TEKNIK SIPIL (DIII)
KELOMPOK
:   I (SATU)
DOSEN
:   ERA ALFANSYURI,. ST,. MT,.













POLITEKNIK NEGERI PADANG
UNIVERSITAS ANDALAS
TAHUN AKADEMIK 2009/2010


BAB I
PENDAHULUAN
I.1  Latar Belakang
                        Mempelajari ilmu Geodesi merupakan suatu bagian yang penting     dalam bidang rekayasa yang meliputi Teknik Sipil, Arsitektur, Teknik lngkungan, Tata kota, dll. Berbagai pekerjaan baik pembangunan didarat  maupun pembangunan dilaut, memerlukan data yang akurat untuk dapat melakukan suatu perencanaan, data yang akurat tersebut adalah data yang didapat dari pengukran dilapangan.
                        Data yang dibutuhkan untuk suatu perencanaan tidak hanya berasal dari teori saja , untuk mengukur daerah yang cukup luas  kita memerlukan suatu alat yang dapat mempermudah pekerjaan kita dilapangan, yaitunya alat  ukur “theodolit”.
I.2  Maksud dan Tujuan
                        Secara keseluruhan maksud dan tujuan darimata kuliah ini adalah,   agar mahasiswa mampu melakukan pengukuran dengan alat uur theodolit dan bias melakukan pengolahan data (yang didapat dari pengukuran), serta dapat menampilkan hasil pengukran tersebut dalm bentuk gambar pemetaan sesuai             dengan bentuk sebenarnya yang ada dilapngan.
I.3  Ruang Lingkup Praktikum
                        Daam pratikum Ilmu Ukur Tanah II, pada umumnya lokasi ratikum berada disekitar area kampus Politeknik Negeri Padang, dengan materi     pratikum yang meliputi sebagai berikut :
1.      Pengenalan alat ukur theodolit
2.      Pengukuran sederhana dengan alat ukur theodolit
3.      Orientasi lapangan
4.      Pengukurn polygon
5.      Pengukuran titik detil
6.      Penarikan garis kontur
I.4  Teknik pengolahan data
1.      Observasi
Yaitunya melakukan pengamatan secara langsung pada objek – objek dilapangan.
2.      Pengukuran langsung dilapangan
Yaitunya pengukuran dimana pengolahan data yang dibutuhkan merupakan hasil dari pengukuran dilapangan.
3.      Pengolahan data













BAB II
PENGENALAN ALAT THEODOLIT
II.1      Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Kamis / 01 April 2010
            Waktu                         :           08.00 – 10.00
            Lokasi                         :           Halaman gedung kimpraswil Politeknik Negeri                                                         Padang
            Kelompok                   :           I (satu)
II.2      Maksud dan Tujuan
                        Setelah melakukan pratikum Ilmu Ukur Tanah II ini diharapkan       mahasiwa dapat :
a.       Mengetahui bentuk, bagian, dan fungsi dari komponen – komponen alat ukur theodolit.
b.      Mampu mengoperasikan / menggunakan alat ukur theodilit dalam pengukuran jarak, beda tinggi, dan sebagainya dilapangan.
c.       Memahami syarat – syarat dalam mengguunakan alat theodolit.
d.      Mengetahui prinsip kerja dari alat theodolit.
II.3      Dasar Teori
                        Theodolit adlah instrument atau alat yang dirancang untuk   pengukuran sudut       secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dapat berpa       sudu – sudut dalam sebuah bidang vertical maupun horizontal, dimana sudut             – sudut tersebut berperan penting dalam penentuan jarak dan beda tinggi    diantara titik – titik yang diukur dilapangan. Pengukuran dengan alat theodolit terbagi atas dua baian yaitu jarak dan sudut, sedangkan pengukuran             jarak juga dibedakan atas dua bagian yaitu jarak mendatar dan jarak miring.
                        Secara umum alat ukur theodolit terdiri dari 3 bagian utama antara lain :
a.       Bagian bawah,
            Terdiri dari plat dasar dengan tiga sekrup penyetel yang menyanggah          suatu tabung sumbu dan pelat mendatar yang berbentuk lingkaran.
b.      Bagian tengah,
            Bagian yang terdiri dari bagian – bagian yang dapat vdigerakkan     secara horizontal.
c.       Bagian atas,
            Bagian dapat digunakan secara vertical yang diletakkan diatas kaki             penyanggah sumbu kedua.
            Pada alat theodolit jugs dikenal 3 macam sumbu utama yaitu :
1.      Sumbu I
            Yaitu sumbu yang sejajar dengan garis gaya berat
2.      Sumbu II
            Yaitu sumbu yang sejajar dengan bidang nivo dan tegak lurus dengan         bidang nivo dan tegak lurus dengan  bidang sumbu I
3.      Sumbu nivo indeks (nivo tabung kondensasi)
                        Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi dalam menggunakan alat         theodolit adalah sebagai berikut :
1.      Sumbu I harus vertical
2.      Sumbu II harus tegak lurus sumbu II
3.      Garis bidik harus tegak lirus sumbu II
4.      Keadaan indeks vertical harus sama dengan nol ( 0 )
 


           
 


Sumbu I
 
           

                        Syarat ini sangat utama dalam pengukuran dengan menggunkan alat           theodolit karena sangat berpengaruh pada bidang atau objek dan hasil           pengukuran yang didapat tidak teliti atau tidak sesuai dengan apa yang ada   dilapangan.
II.4      Referensi
a.       Brinkel russel,dkk. Dasar – dasar pengukuran tanah. Erlangga, Jakarta
b.      Dugdalr R.H. 1980. Ilmu ukur tanah. Erlangga. Jakarta
c.       Ilmu ukur tanah, karangan Soetomo wongso tsitro
d.      Ilmu ukur tanah, karangan Ir. Heinz Frick
II.5      Keselamatan Kerja
a.       Mulailah pekerjaan dengan membaca basmallah
b.      Pahami prinsip – prinsip atau keterangan yang diberikan oleh pembimbing ataupun instrujktur
c.       Perlakukan alat dengan baik dan benar
d.      Bekerja dengan serius dan penuh hati – hati
e.       Menggunakan alat sesuai dengan tujuan dan fungsinya
II.6      Alat dan Bahan
a.       Theodolit
b.      Statif
c.       Patok
d.      Meteran
e.       Payung
f.       Rambu ukur
g.      Formulir pengamatan dan alat tulis
II.7      Langkah Kerja
1.      Tentukan titik dimana alat / patok akan didirikan
2.      Tancapkan patok pada titik yang telah ditentukan
3.      Lakukan proses centering dengan sumbu I vertical dengan langkah – langkah sebaai berikut :
Ø  Tancapkan 1 kakai statif dengan kokoh sedangkan 2 kaki lainnya diangkat dan smbil ditahan dengan tangan.
Ø  Amati teropong centering sehingga tepat berada ditengah – tengah garis diagonal patok yang telah ditancapkan.
Ø  Lepaskan kedua kaki dan tancpkan dengan kokoh kemudian kunci kedua kaki tersebut.
Ø  Ulangi lagi pengamatan pada  teropong centering apabila belum tepat berada ditengah – tengah patok maka lakukan pemasangan seperti langkah awal kembali.
4.      Lakukan proses sumbu I vertikal dengan langkah sebagai berikut :
Ø  Amati nivo kotak, apabila gelembung tidak berada tepat ditengah maka lakukan pendekatan dengan mengatur kaki statif (meninggikan  / merendahkan), sehingga gelembung udara pada nivo kotak berada tepat ditengah – tengah.
Ø  Lakukan pengaturan sekrup A, B, C dengan langkah – langkah berikut ini :
Ø  Tempatkan gelembung nivo tabung berada sejajar dengan sekrup A, B ketengahkan gelembung udara dengan memutar sekrup A dan B serentak berlawanan arah hingga gelembung nivo tepat ditengah – tengah.










Oval: C




Oval: A

Oval: B






Ø  Putar alat theodolit sejauh 180˚,sehingga tabung nivo masih sejajar dengan sekrup A, B kemudian putar salah satu sekrup apabila gelmbung masih belum berada ditengah – tengah.










Oval: C





Oval: A
Oval: B






Ø  Putar lagi alat theodolit sejauh 90˚, sehingga nivo tabung tegak llurus terhadap sekrup A dan B, kemudian putar sekrup C hingga gelembung tepat berada ditengah – tengah.










Oval: C




Oval: A



Oval: B







           
Ø  Kemudian putar alat theodolit kesembarang arah untunk memastikan bahwa alat sudah benar – benar datar dengan melihat apakah gelembung nivo maih tetap ditengah atau tidak, apabila tidak ditengah maka ulangi lagi dari awal.



II.8      Bagian dan Fungsi

4
 


7
 

6
 

5
 

3
 

2
 

1
 
           


17
 


16
 

15
 

14
 

9
 

13
 

12
 

11
 

10
 

8
 
           



22
 


21
 

20
 

19
 

18
 
           
            Keterangan dan fungsi :
1.      Vizier
Berfungsi untuk membidik secara kasar ke objek
2.      Lensa okuler
Berfungsi untuk memeperjelas benang teropong
3.      Nivo tabung
Berfungsi untuk melihat kedataran alat
4.      Display
Bersungsi untuk menampilkan koordinat dan menu lainnya
5.      Nivo kotak
Berfungsi untuk melihat kedataran alat
6.      Sekrup A, B, C
Berfungsi untuk mengatur kelevelan alat (sunbu I vertical)
7.      Tapak statif
Berfungsi untuk menempatkan alat theodolit
8.      Tempat baterai
Berfungsi untuk menempatkan baterai
9.      Lensa objektif
Berfungsiuntuk melihat objek pengamatan
10.  Sekrup penjelas lensa centering
Berfungsi untuk menjelaskan objek / patok pada saat centering
11.  Sekrup penjelas benang pada lensa centering
Berfungsi untuk memperjelas benang centering
12.  Lensa centering
Berfungsi untuk melihat objek / patok centering
13.  Tombol 0 set
Berfunsi untuk mensetting skala vertical menjadi 0 (nol)
14.  Tombol power
Berfungsi untuk menghidupkan dan mematikan tampilan pada display
15.  Sekrup pengunci sudut horizontal
Berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak bergerak secara horizontal
16.  Penggerak halus horizontal
Berfungsi untuk menggerakkan teropong dengan halus secara horizontal
17.  Statif / kaki tiga
Berfungsi untuk mendirikan alat
18.  Penutup lensa objektif
Berfungsi untuk melindungi lensa objektif ketika alat tidak digunakan
19.  Sekrup penjelas lensa fokos
Berfungsi untuk memperjelas objek yang di bidik
20.  Sekrup penjelas benang diafragma
Berfungsi untuk memperjelas benang diafragma
21.  Penguncu sudut vertical
Berfungsi untuk mengunci teropong agar tidak bergerak secara vertical
22.  Penggerak halus vertical
Berfungsi untuk menggerakkan teropong dengan halus secara vertical
II.9      Kesilmpulan
                        Setelah melakukan pengamatan dan pengenalan alat theodolit ini     dapat di simpulkan bahwa :
1.      Bahwa alat ukur theodolit dapat digunakan untuk pengukuran nilai – nilai sudut pada bidang vertical dan horizontal secara cermat.
2.      Dalam pemasangan alat theodolit ini juga diperlukan ketelitian dan kesabaran yang sangat tinggi, agar proses centering dapat dilakukan dengan baik dan benar, karena ketidak telitian dalam proses centering  sangat berpengaruh pada saat pembacaan data di lapangan.
3.      Pada dasarnya prindip dasar alat ukur theodolit ini hampir sama dengan alat ukur sipat datar, hanya saja pada theodolit dapat diputar secara vertical dan horizontal, dan juga mempunyai bagian yang lebih beragam.









BAB III
PENGUKURAN SEDERHANA
III.1     Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Kamis / 01 April 2010
            Waktu                         :           10.00 – Selesai
            Lokasi                         :           Halaman gedung kimpraswil Politeknik Negeri                                                         Padang
            Kelompok                   :           I (satu)
III.2     Maksud dan Tujuan
            Adapun tujuan dari pengukuran dengan alat ukur theodolit adalah :
Ø  Agar mahasiswa dapat mengoperasikan alat ukur theodolit dilapangan dengan baik dan benar.
Ø  Agar mahasiswa dapat membaca sudut vertical dan horizontal pada alat thheodolit
Ø  Agar mahasiswa dapat menentukan jarak, beda tinggi, dan titik detil di lapangan.
Ø  Dapat bekerja dengan baik dan benar.
III.3     Dasar Teori
            Pengukuran sederhana dilakukan dengan dua dasar teori yaitu :
1.      Dasar teori sudut
     Pengukuran sudut horizontal merupakan pengukuran selisih dari dua arah secara horizontal yang dapat dilakukan dengan metode berikut :
a.      

1
 
Pengukuran sudut tunggal








2
 





                          Keterangan :  ©  βA  =  Besar sudut A
©  β1   =  Bacaan skala horizontal dititik 1
©  β2   =  Bacaan skala horizontal dititik 2
                          Dengan langkah – langkah berikut ini :
©  dirikan alat dititik A
©  bidik dari titik A ke titik 1 baca β1
©  bidik dari titik A ke titik 2 baca β2
b.      Pengukuran sudut semi rangkap
     Pengukuran sudut yang dilakukan dengan dua kali pengukuran, sehingga didapat bacaan sudut biasa dan luar biasa.
Text Box: β1 (biasa) β1 (luar biasa)Text Box: 1












βA2
 


βA1
 
                                                    
Text Box: Î’2 (biasa) β2 (luar biasa)Text Box: 2                         
                                                           
     β1 (luar biasa) adalah bacaan skala horizontal titik 1 (setelah alat diputar sejauh 180˚ secara vertical dan 180˚ secara horizontal.
©  βA1 = bacaan pada titik 1 biasa dan titik 2 luar biasa
©  βA2 = bacaan pada titik 2 biasa dan titik 1 luar biasa
                 Pengukuran semi rangkap pada dasanya sama dengan pengukuran sudut tunggal, hanya saja pengukuran semi rangkap memakai sudut luar biasa. Pengukuran ini dapat diselesaikan denan rumus :
 
c.       Pengukuran sudut repetisi
     Yaitu pengukuran sudut yang dilakukan secara berulang – ulang terhadap titik satu ketitik yang lainnya.



β1        β2        β3
 
Text Box: 1








βA
 


Text Box: 2


Keterangan :         ©  βA  =  β2 - β1
                             ©  βA  =  β3 - β2
                             ©  βA  =  β4 - β3
                             ©  βA  =  besar sudut A
                             ©  β1   =  bacaan skala horizontal dititik 1
                             ©  β2   =  bacaan skala horizontal dititik 2
                             ©  β3   =  bacaan skala horizontal dititik 3
     Pada sudut repetisi setelah diperoleh bacaan β2 dan β1 pada alat ukur theodolit dikunci dengan alat pengunci dan arahkan ketitik 1 maka dibaca β2 kemudian di lepas ke arah 2 dan baca β3.
                                    Pada pengukuran beda tinggi dan jarak dilapangan, ada beberapa    metode pengukuran antara lain :
1.      Metode tachimetri
©  Teropong mendatar


















Keterangan :  ©  BA =  bacaan benang atas
                 ©  BT  =  bacaan benang tengah
                 ©  BB  =  bacaan benang bawah
                 ©  TA  =  tinggi alat

BA
 
                      ©  d     =  jarak
© 

BT
 
Teropong miring

 


BB
 
         
















Keterangan :  ©  BA =  bacaan benang atas
                 ©  BT  =  bacaan benang tengah
                 ©  BB  =  bacaan benang bawah
                 ©  TA  =  tinggi alat
                      ©  d     =  jarak

2.      Metode tangensial
     Pengukuran dengan metode ini dilakukan bila pada pengukuran yang dilakukan yang terbaca hanya benang tengah saja.


BT1
 


BT22
 
         










Keterangan :  ©   
                 © 
                 © 
                      © 

III.4     Referensi
1.    Ilmu ukur tanah, Soetomo wongso tjitto
2.    Surveying, Russel C Brinker dan Paul R Wolf
3.    Ilmu dan alat ukur tanah Ir.Hent Frenk

III.5     Alat dan Bahan
1.    Theodolit
2.    Rambu ukur
3.    Statif
4.    Meteran
5.    Payung
6.    Alat tulis dan formulir pengukran


III.6     Langkah Kerja
1.    Buat sketsa pengukuran daerah yang kan diukur






2.      Tancapkan patok pada titik yag sudah ditentukan
3.      Dirikan statif tepat berada diatas patok
4.      Pasang theodolit diatas statif kemudian lakukan proses centering
5.      Lakukan pembacan benang tengah, atas dan bawah beserta sudutnya
6.      Ubah keadaan theodolit dengan memutar sejauh 180˚ secara vertical dan 180˚ secara horizontal untuk pengambilan data luar biasa
7.      Lakukan pengukuran tinggi alat dan jarak sebenarnya

III.7     Pengolhan Data
Titik
Arah
Bacaan Rambu
Bacaan skala verttikal
Bacaan skala horizontal
Tinggi Alat

BA
BT
BB
A






1478

1 B
1498
1407
1302
90˚ 00̕ 02˝
00˚ 00̕ 00˝


1 LB
1478
1390
1292
269˚ 45̕ 56˝
180˚ 00̕ 56˝










2B
1669
1541
1413
90˚ 00̕ 00˝
330˚ 13̕ 12˝


2LB
1659
1531
1403
270˚ 00̕ 15˝
150˚ 14̕ 11˝


©  Jarak
a.    Jarak biasa pada titik 1           


b.    Jarak luar biasa pada titik 1    

c.    Jarak biasa pada titik 2           
d.   Jarak luar biasa pada titik 2    
©  Beda tinggi
a.       Data biasa pada titik 1
                                                  
                                      
 
b.      Data luar biasa pada titik 1
c.       Data biasa pada titik 2

d.      Data luar biasa pada titik 2
©  Beda tinggi
¨    Biasa         
                  
¨    Luar biasa 
                    
¨    Rata - rata 
                    

III.8     Analisa Data
Setelah melakukan pengolahan data, maka dapat dilakukan perbandingan antara data rata – rata pribadi dengan rata – rata kelompok dan juga perbandingan data jarak rata – rata pribadi dengan dengan jarak yang ada didapat dari pengukuran langsung dilapangan.
1.      Analisa jarak
Selisih jarak data pribadi dengan jarak sebenarnya


2.      Analisa beda tinggi
 
             
 
             
3.      Analisa sudut
 
             
                        Selisih antara jarak sebenarnya dengan jarak pribadi adalah termasuk dalam toleransi yaitu 10 cm, maka kesalahan yang terjadi adalah karena kesalahan dala pembacaan rambu yang kurang teliti.
III.9     Kesimpulan
1.      Dalam melakukan pengukuran hendaklah memperhatikan factor ketelitian karena theodolit adalah alat yang memiliki akurasi yang tinggi.
2.      Sebelum melakukan pengukuran kita harus fungsi dari pada bagian - bagian theodolit.
3.      Karena theodolit dapat di operasikan terhadap sumbu horizontal dan vertical maka alat ini cocok digunakan untuk pengukuran jarak dan beda tinggi di daerah yang memiliki relief permukaan yang beraneka ragam.
4.      Dibutuhkan kerja sama yang baik pada tiap - tiap anggota kelompok dan keseriusan dalam proses pengukuran dilapangan.





BAB IV
ORIENTASI LAPANGAN
IV.1     Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Senin / 05 April 2010
            Waktu                         :           08.00 – 08.30
            Lokasi                         :           Sekitar lapangan basket, kolam dad labor fisika
            Kelompok                   :           I (satu)
IV.2     Makud dan Tujuan
                        Adpun maksud dan tujuan dari pada orientasi lapangan adalah sebagai       berikut :
Ø  Dapat menentukan titik pologon yang akan digunakan dalam pengukuran titik awal.
Ø  Dapat menggambarkan sketsa penguuran yang akan dilakukan.
Ø  Dapat melihat dn mengetahui kondisi lapangan secara langsung
Ø  Dapat bekerja dengan baik dan teliti
IV.3     Dasar Teori
                        Poligon berasal dari kata “POLI” dan “GONO” yang artinya segi    banyak atau serangkaian garis selurusan atau berurutan yang arah dan          panjangnya telah ditentukan dari pengukuran dilapangan. Pekerjaan             penentapan poigon atau stasion - stasionnya adalah termasuk salah satu cara           yang paling dasar dan paling banyak dilaakukan untuk menentukan nisbi titik       detil.
                        Titik polygon adalah titik - titik yang dibentuk oleh jarak dan sudut            yang membentuk sebuah kerangka peta. Kedudukan pilih untuk memasang     stasion polygon beragam yaitu menurut jenis pengukuran stasion diltakkan,        jika garis batas sebenarnya tidak terhalang dan dapat diduduki oeh alat. Pada         pengukuran jalur lalu lintas stasion diletakkan pada tiap - tiap titik sudut dan lokasi lainnya, stasion - stasion seperti titik juga mudah hilang kalau tidak        dijaga, pengikatan dipakai untuk membantu menentukan titik pngukuran    tersebut.
IV.4     Referensi
1.      Ilmu Ukur Tanah R.H Dugdale
2.      Dasar - dasar pengukuran tanah Brinker Russel,dkk
3.      Pengukuran topografi dan teknik pmetaan Ir. M Yusuf,dkk








           






D
 


E
 


A, B, C, D            :           titik polygon
                             :           titik ikat
            Poligon juga terbagi atas  beberapa macam antara lain :
1.      Berdasarkan titik ikat
a.       Poligon terikat sempurna
Polygon yang deretan titiknya terikat pada awal dan akhir (terikat oleh titik control)









B
 


P(x,y)
 




D
 





β2
 
         

















d
 












Q(x,y)
 



A
 


C
 








Keterangan :
P,Q                :           titik ikat pengukuran
D                   :           jarak
A, B, C, D     :           titik poligon
β                    :           sudut apit
b.      Poligon terikat sepihak
Poligon yang salah satu titik tetapnya baik awal ataupun akhir terikat oleh koodinat
 






Keterangan :
P(x,y)                   :           titik kontrol
A, B, C, D, E       :           titik poligon
c.       Poligon bebas
Pooligon yang kedua kedua titiknya (awal dan akhir) tidak terikat oleh titik control










Keterangan :
A, B, C, D, E, F   :           titik poligon

2.      Berdasarkan Bentuk
a.       Poligon tertutup
Poligon yang deretan titiknya terikat pada satu titik tetap yang berfungsi sebagai titik awal dan titik akhir karena titik awal dan titik akhir bertemu pada satu titik.









Keterangan :
A, B, C, D, E       :           titik polygon
βA, βB, βC, βD,   :           sudut polygon
d1, d2, d3, d4      :           jarak antara titik poligon
b.      Poligon Terbuka
Poligon yang titik awal dan titik akhirnya tidask bertemu.








Keterangan :
A                          :           titik awal
B, C                      :           titik kerangka peta
βB, βC                  :           sudut dalam
c.       Poligon Bercabang
Poligon yang terdapat titik yang berpisah dengan titik polygon utama.












Keterangan :
A, B, C, D, E,      :           titik polygon
F                           :           cabang / poligon tambahan
3.      Berdasarkan Pengukuran
a.       Poligon Arah (kompas)
Polygon yang dalam menentukan arahnya menggunakan kompas.








Keterangan :
A, B, C, D            :           titik polygon
Α                          :           azimut
b.      Poligon sudut (theodolit)
Polygon yang dalam menentukan arahnya menggunakan alat ukur theodolit.








Keterangan :
A, B, C, D            :           titik polygon
αAB                     :           azimuth AB
βB                                    :           sudut B
4.      Berdasarkan pengolahan data
a.       Polygon grafis
Posisi titik dibuat berdasarkan data ukuran lapangan









Keterangan :
A, B, C, D            :           titik polygon
αAB                     :           azimuth AB
b.      Polygon numeris
Posisi titik kerangka peta berdasarkan koordinat (x,y,z) yang diperoleh dari pengolahan data lapangan.







XA
 


XC
 

XB
 
\
Keterangan :
A, B, C,                :           titik polygon
X, Y                     :           sumbu koordinat

Macam-macam kerangka peta :
Ø  Triangulasi
Ø  Polygon
Ø  Rangkaian dari jaringan segitiga
Ø  Rangkaian kemuka dan kebelakangan
IV.5     Alat dan Bahan
Ø  Jalon
Ø  Patok
Ø  Kertas gambar/buku
Ø  Alat tulis
IV.6     Langkah Kerja
1.      Tinjaulah area yang akan di buat titik detilnya
2.      Buat sketsa area pengukuran
3.      Tentukan titik-titik poligonnya dengan syarat titik dapat dilihat dari titik titik depan dan titik belakangnya serta aman dan mudah ditemukan
4.      Lakukan pemasangan patok pada titik-titik tersebut
a.       Pada satu titik (patok) di haruskan dapat melihat titik/patok yang lainnya (muka dan belakang), seperti gambar :
















G
 


B
 
   











b.      Patok dapat dijadikan acuan/titik control







            Sketsa / gambar kerja pengukuran polygon





















            Keterangan :
                                    :           titik polygon
                                    :           sumbu koordinat
                                    :           lapangan basket
                                    :           kolam
                                    :           titik poligon





IV.7     Kesimpulan
Dalam melakukan penentuan posisi titik polygon / patok pada suatu titik haruslah sesuai prosedur / syarat yang harus diperhatikan karena dalam pembuatan peta situasi berupa titik detail dan kontur menggunakan titik acuan pada titik polygon tersebut.














BAB V
PENGUKURAN POLIGON
V.1      Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Senin / 05 April 2010
            Waktu                         :           09.30 – Selesai
            Lokasi                         :           Sekitar lapangan basket, kolam dad labor fisika
            Kelompok                   :           I (satu)
V.2      Maksud dan Tujuan
Ø  Mendapatkan titik ikat pengukuran dila[pangan dengan tujuan sebagai dasar untuk keperluan pemetaan
Ø  Memperoleh data – data penggambaran yang lebih untuk keperluan pemetaan situasi
Ø  Memperoleh informasi dari kerangka peta
Ø  Mampubekerja dengan teliti dan cermat
V.3      Referensi
Ø  Ilmu Ukur Tanah RD.FL Dugdale
Ø  Dasar – dasar pengukuran tanah Brinke Russel,dkk
V.4      Dasar Teori
                        Pengukuran polygon dilakukan untuk mendapatkan titik ikat           pengukuran dilapangan untuk keperluan pemetaan, untuk menentukan posisi           koordinat polygon yang menghubungkan titik ikat pengukuran dan setiap titik            ikat harus diukur sudutnya. Sudut yang diukur dilapangan dengan menggunakan alat ukr theodoli :


1.      Polygon berdasarkan titik ikat
a.       Poligon terikat sempurna
Polygon yang deretan titiknya terikat pada awal dan akhir (terikat oleh titik control)
b.      Polygon terikat sepihak
Poligon yang salah satu titik tetapnya baik awal ataupun akhir terikat oleh koodinat
c.       Polygon bebas
Pooligon yang kedua kedua titiknya (awal dan akhir) tidak terikat oleh titik control
2.      Polygon berdasarkan titik ikat
a.       Polygon terbuka
Poligon yang titik awal dan titik akhirnya tidask bertemu.
b.      Polygon tertutup
Poligon yang deretan titiknya terikat pada satu titik tetap yang berfungsi sebagai titik awal dan titik akhir karena titik awal dan titik akhir bertemu pada satu titik.
c.       Polygon bercabang
Poligon yang terdapat titik yang berpisah dengan titik polygon utama.
3.      Polygon berdasarkan pengukuran
a.       Polygon arah
Polygon yang dalam menentukan arahnya menggunakan kompas.









Keterangan :
α               :           titik polygon
β               :           sumbu koordinat
d               :           jarak
Rumus :

b.      Polygon sudut (theodolit)
Polygon yang dalam menentukan arahnya menggunakan alat ukur theodolit.












4.      Polygon berdasarkan pengolahan data
a.       Polygon grafis
Posisi titik dibuat berdasarkan data ukuran lapangan
b.      Polygon numeris
Posisi titik kerangka peta berdasarkan koordinat (x,y,z) yang diperoleh dari pengolahan data lapangan.
          Pada pratikum kali ini digunakan polygon tertutup, pada perhitungan polygon ini cenderunag terjadi kesalahan acak sehingga pada pengolahan data polygon tertutup harus memenuhi syarat sebagai berikut :
1.      Syarat sudut ukuran (koreksi sudut)
Jumlah sudut horizontal harus sama dengan selisih azimut akhir dengan azimut awal
Σ β  =  (n - 2)  x  180  ±  ƒα  (sudut dalam)
Σ β  =  (n + 2)  x  180  ±  ƒα  (sudut luar)






                                   
Keterangan :
α           :           titik polygon
n             :           banyak titik

2.      Syarat jarak (koreksi jarak)
©  Jumlah d sin α harus sama dengan selisih x akhir dan awal
Σ d sin α         =       0  ±  Æ’x
Koreksi







Keterangan :
Æ’x                =  kesalahan absis
Σ d              =  jumlah jarak
di                 =  jarak ke…....n
©  Jumlah d cos α harus sama dengan selisih y akhir dan awal
Σ d cos α        =       0  ±  Æ’y
Koreksi










Keterangan :
Æ’y    =  kesalahan ordinat
Σ d  =  jumlah jarak
di     =  jarak ke…....n
kesalahan polygon
            Macam - macam peta :
1.      Peta planimetri
Jenis peta situasi permukaan bumi dengan ciri - cirri sebagai berikut :
a.       Yang diukur hanya posisi mendatar (x, y) dan unsure - unsure detil situasi dipermukaan bumi
b.      Cakupan daerah pengukuran relative kecil
c.       Pada umumnya menggunakan skala 1 : 100, 1 : 250, dan 1 : 500


2.      Peta topografi
Peta situasi yang menggambarkan unsur - unsur detil situasi dipermukaan bumi. Dengan cirri - cirri sebagai berikut :
a.       Yang diukur atau digmbarkan adalah posisi mendatar dan vertical (x, y, z)
b.      Cakupan permukaan relative lebih luas
c.       Biasanya menggunakan skala 1 : 500, 1 : 1000, 1 : 2500
Unsur - unsur objek pemetaan :
1.      Sungai
2.      Batas anau dan pantai
3.      Saluran irigasi
4.      Jalan raya
5.      Jembatan
6.      Batas perkebunan
7.      Gedung perumahan
8.      Kedalaman relative tanah muka bumi
V.4      Alat dan Bahan
©  Alat ukur theodolit
©  Statif
©  Kompas
©  Rambu ukur
©  Meteran
V.6      Langkah Kerja
©  Persiapan alat dan bahan
©  Pasang alat ukur theodolit pada titik polygon pertama
©  Lakukan proses centering
©  Baca arah utara dengan menggunakan kompas kearah titik polygon kedua dan catat sudutnya





©  Arahkan alat pada sumbu B, baca rambu sehingga diperoleh BA, BB, dan BT kemudian baca pula skala fertikal dan horizontal
©  Kemudian arahkan pula ketitik terakhir (E) lalu baca bacaan data








©  Kemudian putar sejauh 180˚ secara vertical dan 180˚ secara horizontal, sehingga diperoleh bacaan luar biasa (LB)
©  Lakukan pengukuran biasa dan luar biasa pada titik polygon
©  Setelah memperoleh data, lakukan pengolahan data dengan menggunakan metode bowdictch
©  Masukkan data kedalam format table
©  Jumlahkan semua titik (sudutnya) sehingga diperoleh jumlah sudut dalam
©  Pencarian data koreksi dengan rumus
©  Setelah didapat nilai koreksi, maka nilai terkoreksi dapat dicari dengan menambahkan ukuran dengan nilai koreksi
©  Tentukan azimuth setelah memperoleh azimuth awal dilapangan
©  Cari jarak dari data dilapangan
©  Untuk mencari koreksi :
©  Setelah diperoleh d sin α dan d cos α yang telah terkoreksi dapat diketahui koordinat x dan y
©  Setelah itu lakukan pemetaan kerangka peta, plotkan x dan y dengan skala 1 : 200
©  Setelah koordinat x dan y diperoleh, lalu hitung titik demi titik sehingga membentuk sebuah polygon tertutup, dengan langkah - langkah berikut ini :
1.      Setelah diolah data table bowditch maka didapat koordinat - koordinat polygon lalu dipindahkan koordinat - koordinat tersebut keatas kertas millimeter.
2.      Tentukan skala yang akan digunakan 1 : 200
3.      Unuk memudahkan kita dalam penggambaran dengan mengunakan koordinat tengah































X
 


D
 
                                                                    

4.     

Y
 


G
 
Setelah semua titik dipindahkan keatas kertas millimeter lalaau hubungkan semua titik, maka akan didapat gambar polygon hasil pengukuran






V.7      Pengolahan Data
Titik
Arah
Bacaan Rambu
Bacaan skala verttikal
Bacaan skala horizontal
Tinggi Alat

BA
BT
BB
D






1390

CB
1751
1631
1511
87˚ 50΄ 54˝
168˚37΄ 01˝


CLB
1380
1261
1142
269˚ 45̕ 56˝
348˚38΄ 25˝










FB
2690
2428
2161
90˚ 00̕ 00˝
76˚ 49΄ 36˝


FLB
2750
2488
2225
266˚ 10̕ 48˝
256˚51΄ 00˝


©  Jarak
a.    Jarak biasa      
b.    Jarak luar  biasa
c.    Rata – rata jarak
©  Beda tinggi
                                                  
                                      
 


           
© 
© 
©  Sudut horizontal rata – rata
¨    Rata - rata 
                    
©  Koreksi sudut horizontal
¨     

©  Terkoreksi
¨     

©  Azimut
¨     
V.8      Analisa Data
            Ketelitian       
            fx                    
fy                    
Ketelitian       
                                   
Jadi kesalahan yang terjadi pada pengukuran titik polygon = 0,172, dikarenakan kesalahan masih terkoreksi yaitu 1 m maka pengukuran dianggap benar dan dapat diterima
V.9      Kesimplan
1.      Ketelitian dalam pembacaan rambu sangat diperlukan karena menentukan tingkat kesalahan pada kerangka peta yang akan dibuat dan bila kerangka peta salah maka peta yang dibuat juga akan salah
2.      Untutk mengoreksi beda tinggi maka harus menggunakan jarak karena semakin jauh jarak akan menghasilkan tingkat kesalahan yang semakin tinggi.



BAB VI
PENGUKURAN TITIK DETAIL
VI.1     Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Rabu / 07 April 2010
            Waktu                         :           80.00 – Selesai
            Lokasi                         :           Sekitar lapangan basket, kolam dad labor fisika
            Kelompok                   :           I (satu)
VI.2     Maksud dan Tujuan
©  Agar mahasiswa dapat menentukan jarak antara titik acuan sudut dan beda tinggi serta titik detail dengan menggunakan rumus yang telah dipelajari.
©  Agar mahasiswa mampu menentujan titik dilapangan dengan menggunakan alat ukur theodolit.
©  Dapat posisi area ataupun bangunan yang berada didaerah pengukuran yang menghubungkan titik yang telah didapat.
VI.3     Referensi
1.      Pengukuran tanah (surfeying) jilid I : Russel C Brinker
2.      Pengukuran tanah (surfeying) jilid II : M. Yusuf
VI.4     Dasar Teori
Pengukuran titik detail yaitunya pengukuran terhadap semua objek yang ada dilapangan, baik yang bersifat alami seperti ketinggian permukaan tanah maupun bersifat buatan seperti bangunan, jalan, kolam, saluaran, dll yang mana akan menjadi isi peta.
Titik detail biasanya diukur berdasarkan kerangaka peta, metode – metode pada pengukuran titik detail antara lain :

1.      Metode ekstrapolasi
Ekstrapolasi adalah menentukan sudut kurva dilluar yang diperoleh dengan cara mengamata langsung kelapangan / surveying
a.       Metode ekstrapolasi dengan arah









Keterangan :
¨      Titik 1 =  jarak A1, azimuth  A1
¨      Titik 2 =  jarak B2, azimuth  B2
¨      Titik 3 =  jarak C3, azimuth  C3
¨      Titik 4 =  jarak D4, azimuth  D4
b.      Metode ekstrapolasi dengan sudut apit










Keterangan :
¨      A, B, C, D                      =  titik polygon
¨      1, 2, 3, 4                         =  titik detil
¨      dA1, Da2, dA3, dA4     =  jarak titik detail
¨      ,,,               =  sudut dalam
2.      Metode interpolasi

B
 
Metode ini ditentukan oleh jarak, dimana posisi titik detil ditentukan oleh jarak – jarak dari perpanjangan objek terhadap kerangka peta.






C
 


A
 
           
           








4′
 


3′
 



D
 




Keterangan :
¨      A, B, C, D          =  titik polygon
¨      1, 2, 3, 4             =  titik detil
¨      1′, 2′, 3′, 4′         =  perpanjangan titik detail
3.      Metode perpotongan
Pada metode perpotongan posisi titik detil ditentukan dari perpotongan dua buah jarak atau dua sudut dua titik kerangka peta, cara ini biasanya digunakan pada daerah yang sulit diukur.









Keterangan :
¨      dA2, dB2           =  jarak antara titik detil
¨      ,                =  sudut dalam
4.      Azimut
Azimut adalah sudut yang diukur searah jarum jam dari sembarang mendirikan acuan








2
 






Keterangan :
¨      A, B                   =  titik kerangka peta
¨      ,,           =  sudut horizontal
¨      dA1, dA2, dA3 =  jarak antara titik detil
¨      1, 2, 3                 =  titik detil
VI.5     Alat dan Bahan
¨      Alat ukur theodolit
¨      Kaki statif
¨      Patok
¨      Meteran
¨      Payung
¨      Rambu ukur
¨      Formulir pengamatan dan alat tulis
VI.6     Langkah Kerja
1.      Buat sketsa titik detil yang akan diukur kemudian tentukan titik yang akan diukur, lalu dirikan alat tepat diatas patok.
2.      Untuk pengukuran pada titik A letakkan alat pada titik A dan lakukan proses centering
3.      Bidiklah ketitik B tepatkan bidikan ketengah patok B dan tekan tombol reset 0, sehingga tampilsudut horizontal menjadi 00˚ 00′ 00″
4.      Sesuai sketsa lookasi yang telah dibuat, arahkan alt ketitik 1 dan baca BA, BT, BB, skala horizontal  dan vertical kemudian arahkan ketitik detil selanjutnya searah jarum jam
5.      Setelah semua titik diamati, maka lakukan pengolahan data dan pengukuran pada titik selanjutnya
6.      Setelah pengukuran selesai, maka lakukan pengolahan data kelompok kemudian plotkan pada bidang datar atau gambarkan titik – titik yang tekah didapat dilapangan.
VI.7     Pengolahan Data
©  Jarak                       =
                                                            = 
                                                            =
                                                            =
©  D sin                    =
                                                =  33,83818741
©  D cos                   =
                                                = 
©  Beda tinggi                        =
                                                = 
                                                = 
©  Azimut                   = 
                                                = 
                                                = 
©  Koordinat
Ø  X                     = 
                                    = 
                                    = 

Ø  Y                     = 
                                    = 
                                                = 
Ø  2                      = 
                                    = 
                                                = 
                        Demikian pengolahan data untuk titik detail berikutnya dan hasil koordinat dari titik detail pada job berikutnya akan dibuat kedalam bentuk gambar.
VI.8     Analisa Data
Hasil gambar dari pengukuran titik detail objek – objek yang ada dilapangan dihasilkan mempunyai sedikit perbedaan yang biasanya disebabkan karena :
©  Kurang telitinya dalam meplat koordinat dan pengukuran titik detil terutama dalam menbaca sudut dan rambu ukur
©  Pembuatan koordinat keranka peta yang kurang tepat
©  Adanya kesalahan dalam pengolhan data
VI.9     Kesimpulam
1.      Untuk melakukan penggambaran titik detil dapat di lakukan secara manual dan teknologi (computer). Dari metode ini kita dapat menbedakan penggambaran titik detil yang mendekati penggambaran secara besar dan kebenaran keadaan lapangan dengan benar sehinga peggambaran pemetaan situasi yang dapat bermutu baik.
2.      Untuk memastikan pengukuran titik kita benar, kita dapat melakukan pembidikan dari 2 buah titik poligon yang berbeda.


BAB VII
PENARIKAN GARIS KONTUR
VII.1   Jadwal Pratikum
            Hari / Tanggal             :           Kamis / 08 April 2010
            Waktu                         :           80.00 – Selesai
            Lokasi                         :           Laboratorium Ilmu Ukur Tanah
            Kelompok                   :           I (satu)
VII.2   Maksud dan Tujuan
Ø  Agar mahasiswa mampu dalam melakukan penarikan garis kontur dan membacanya
Ø  Agar mahasiswa dapat / bisa melihat dan membaca relief permukaan tanah dilapangan
Ø  Supaya mahasiswa dapat membuat garis kontur dengan titik yang telah diperoleh dari pengukuran titik detil di lapangan.
VII.3   Referensi
Ø  Pengukuran tanah (survering) : Russel C Brinker
VII.4   Dasar Teori
a.       Garis kontur
Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik – titik dengan ketinggian yang sama. Penentuan titik kontur dikenal dengan interval kontur, yang memiliki pengertian perbedaan tinggi antara garis kontur yang saling berdekatan.
Adapun nilai dari  interval garis kontur dapat dihitung dengan menggunakan rumus :

indeks kontur ysitunya angka yang menyatakan ketinggian garis kontur
Adapun metode yang sering digunakan dalam penentuan titik kontur adalah :
1.      Metode grafis
          Metode grafis adalah metode yang di peroleh dengan dua buah titik yang saling berdekatan dan titik itu kemudian ditentukan oleh sebuah titik, missal titik kontur 100, maka penentuan titik itu besarnya diambil dari yang berdekatan.










2.      Metode semi matematis
          Yaitunya metode dengan menggunakan dua buah segi tiga siku – siku, dengan langkah – langkah sebagai berikut :
a.       Salah satu segi tiga diletakkan secara horizontal dan mendatar dengan bagian lurusnya disebelah atas guna untuk menentukan jarak antara dua titik yang akan dicari.
b.      Letakkan segi tiga yang kedua diatas segi tiga yang pertama guna untuk menentukan ketinggian titik.
c.       Angka yang digunakan / dimasukkan merupakan angka yang sudah di isikan.

100

 
 







100,225

 
Missal :













3.      Metode matematis

100

 


100,5

 
          Yaitunya metode yang menggunakan prinsip – pinsip yang sebangun, dimana kedua segi tiga terdebut dibuat perbandingan dengan cara :









0,5

 











          Maka titik 100 terletak 8 cm dari titik 99,6, dimana titik 100 didapat dengan cara berikut :
1.      Letakkan salah satu segi tiga secara horizontal dan vertical

 





2.      Kemudian kita melakukan perbandingan data digambar dengan segi tiga siku – siku.
Missal :  
·         Data digambar 99,525 maka kita buat data pada segi tiga 9,5
·         Data digambar 100,225 maka kita buat data pada segi tiga 10,2

100,225

 
 








3.     

100,225

 
Untuk menentukan titik kontur 100 maka kita data disegi tiga siku  yaitunya angka 10, dengan cara posisikan segitiga yang vertikal pada angka 10 yang ada pada segitiga suku yang horizontal.









Ada beberapa syarat  yang harus diperhaatikan didalam membuat garis kontur :
1.      Kontur tidak boleh bercabang
2.      Kontur tidak boleh bersilang
3.      Kontur tidak boleh berpootongan
4.      Kontur tidak boleh bertemu ditengah – tengah peta


Garis kontur dibuat dengan tujuan sebagai berikut :
1.      Menentukan arah route dari pada drainase
2.      Menentukan bentuk irisan atau profil permukaan
3.      Membuat gambaran isometik dalam bentuk tiga dimensi
4.      Pembuatan volume dari pada galian dan timbunan
VII.5   Alat dan Bahan
a.       Kertas milimeter
b.      Rol siku  - siku
c.       Alat tulis
VII.6   Langkah Kerja
1.      Persiapkan peralatan yang sekiranya perlu dalam pembuatan titik kontur
2.      Plotkanlah titik kooedinat dari titik detil yang sudah didapat pada perhitungan sebelumnya
3.      Tentukan ketinggian dari paa titik detil tersenut
4.      Cek H masimum dan minimum dari pada titik detil tersebut
5.      Tentukan interval kontur dari daerah yang akan dibuat kontur tersebut dengan menggunakan rumus :
6.      Twntukan titik kontur dengan menggunakan metode – metode yang telah ada. Pada penentuan titik kontur ini kita menginakan metode grafis, yang metode grafis adalah metode yang diperoleh dengan dua buah titik yang saling berdekatan an titik itu kemudian titentukan oleh sebuah titik, misal titik kontur 100, maka penentuan titik kontur itu biasanya diambil dari yang berdekatan, seperti contoh berikut :








7.      Hitung dan hubungkan titik – titik kontur yang mempunyai ketinggian titik yang sama sehingga tergambaar kondisi lapangan yang akan dikur










VII.7   Analisa Data
Untuk pengolahan data, skala yang digunakan adalah skala 1 : 200. Daari hasil pengamatan titik dari yang sudah diplotkan kegrafik, telah telah didapat nilai kontur terendah dan nilai kontur tertinggi
Maka nilai kontur yang akan dibuat adalah 103, 102,5, 102, 101,5, 101, 100,5, 100, 99,5, 99, 98,5, 98, 97,5 97, 96,5 96, 95,5, 95, 94,5, 94. Setelah dilakukan penggambaran garis kontur ternyata banyak data yanga kurang, sehingga mengakibatkan garis kontur menjadi terputus.
VII.8   Kesimpulan
1.      Penarikan garis kontur sangat dibutuhkan untuk perencanaan bangunan dan jalan seperti : penentuan jumlah galian dan jumlah timbunan, penentuan arah daerah, dll agar pekerjaan dapat terlaksanan dengan baik dan benar.
2.      Garis kontur berguna untuk memperlihatkan bentuk relief dari pada permukaan bumi.


BAB VIII
PENUTUP
VIII.8  Kesimpulan
              Dari berbagai pratikum yang telah dilakukan dilapangan, kita dapat memahami dan mengerti teori – teori yang telah didapatkan dari bangku perkuliahan dan dapat mengaplikasikannya dilapangan serta penulis dapat menuangkan hasil praktek ini dalam sebuah laporan.
Adapun pratukum yang dilakukan dalam Ilmu Ukur Tanah II, yaitu :
©  Pengukuran sederhana dengan  menggunakan alat ukur theodolit
©  Pemetaan situasi, yang meliputi : orientasi lapangan, pengukuran dan pemetaan kerangka peta dan pengukuran titik detil
©  Serta penarikan garis kontur dan penggambaran
              Dalam melaksanakan pengukuran sangat diperlukan ketelitian dan kesabaran serta kecermatan dalam membaca rambu ukur, sudut dan pembacaan alat.
              Untuk mendapatkan hasil yang baik dan akurat dalam  pengukuaran perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut :
a.       Berkonsentrasi dalam melakukan pratikum
b.      Memahami dan mengetahui tata cara pengoperasian alat
c.       Melakukan pratikum sesuai dengan petunjuk dan terori yang didapat
d.      Harus teliti dalam membaca dan mencatat hasil pengukuran
e.       Dapat menggunakan cara efektif dan efisien dilapangan
VIII.8  Saran – saran
Dalam mlaksanakan pratikum Ilmu Ukur Tanah II disarankan kepada mahasiswa agar :
a.       Menggunakan peralatan yang telah disediakan sebagai mana mestinya / sesuai dengan fungsinya
b.      Bekerja dengan baik dan benar serta ketelitian dan keseriusan dari masing – msing anggota kelompok agar hasil pengukuran dapat sempurna dan memuasakan demi meningkatkan kualitas dan kemampuan mahasiswa dalam bidangnya
c.       Tiap – tiap kelompok sebaiknya mengawasi dan diawasi oleh seorang instruktur agar pengukuran yang dilakukan benar – benar melalui prosedur yang telah diajarkan
d.      Setiap selesai melakukan pengukuran sebaiknya melakukan konsultasi  dengan dosen pembimbing / instruktur supaya mendapatkan gambaran yang pasti mengenai pengukuran yang kita lakukan.